Wih Hebat!, Petani Lulusan SD Ini Ternyata Berbicara di Konferensi PBB Terkait Masalah Iklim
BANJARMASINPOST.CO.ID, RIAU - Suryono yaitu seorang petani di Desa Pinang, Kabupaten Siak, Riau. Berbeda dengan petani kebanyakan, Suryono suatu kali punya kesempatan untuk berbicara dalam KTT PBB Perubahan Iklim di Marrakesh, Maroko, pada 2016 lalu.Petani yang lahir di Medan, Sumatera Utara, ini dianggap menjadi pola sosok aktif dalam perjuangan memitigasi perubahan iklim.
Ia menentukan bertani hortikultura, sambil menunjukkan informasi jikalau ada titik api alasannya yaitu daerah bertaninya berada di lahan yang gampang terbakar.
“Cita-cita aku berbicara di sini (KTT PBB Perubahan Iklim) biar menjadi ilham bagi petani lain,” ungkapnya kala itu.
Aksinya ini tentu membuatnya berbeda. Pasalnya, acara membuka lahan dengan cara memperabukan kala itu sudah membudaya. Suryono pun mulanya melaksanakan hal yang sama.
Namun, situsinya berubah manakala ia dekat dengan Miswanto, salah seorang karyawan PT Arara Abadi. Ketika itu, Suryono menjadi Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan Kecamatan Tualang pada 2010, sedangkan Miswanto menjadi sekretaris di kelompok tersebut.
Dari sana, laki-laki kelahiran 15 Agustus 1972 ini menerima pembinaan di Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat di Riau. Dari situlah, ia kemudian menentukan menjadi petani hortikultura yang kemudian menjadikannya lebih untung dibandingkan ketika sebelumnya bercocok tanam sawit.
Sejak tragedi asap besar pada 2014, Suryono mengajak rekan-rekannya untuk tidak lagi memperabukan sisa-sisa panen. Setelah kesadaran ini, tidak ada lagi pengelolaan lahan dengan cara memperabukan alasannya yaitu lahan bekas panen sanggup dimanfaatkan kembali.
Hasilnya, Suryono berhasil meraup penghasilan Rp 25 juta-Rp 35 juta per bulan. Bahkan di lahan yang sama, Suryono sanggup mempekerjakan empat hingga sembilan warga setempat.
Keberhasilan Suryono sekarang dianggap menjadi ilham bagi petani lain. Pemerintah Kabupaten Siak memberikannya penghargaan Adikarya Pangan Nusantara 2015 dan Petani Terbaik Siak Bidang Hortikultura 2016.
Model pertanian ramah lingkungan Suryono ini juga turut berkontribusi dalam mengurangi perubahan iklim global alasannya yaitu sanggup mencegah kebakaran.
Inilah yang kemudian membawanya berbicara dalam salah satu sesi di KTT PBB Perubahan Iklim di Maroko dalam sesi bertopik "Putting People at the Centre-Climate Friendly Forest Based Livelihood" di Pavilliun Indonesia pada 2016 kemudian itu.
Meski tingkat pendidikannya hanya sekolah dasar (SD) di desa, sekarang ia kerap menunjukkan materi kepada mahasiswa perguruan tinggi tinggi. Pria lulusan SD Inpres Basilam ini tercatat menjadi pembicara di Universitas Andalas, Padang, dan Universitas Islam Riau.
Peran tersebut tidak terlepas dari sosoknya sebagai petani jadwal ekonomi masyarakat Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Eko Putro Sandjojo sendiri menunjukkan apresiasinya terhadap jadwal DMPA. Menurut dia, ini sejalan dengan jadwal kementeriannya, yakni menerapkan model bisnis Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades).
"Prinsipnya sama, menciptakan klaster ekonomi dari hulu hingga hilir. Dengan begitu produk yang dihasilkan masyarakat desa sanggup meningkatkan perekonomian masyarakat," imbuhnya.
Istimewa
Suryono, seorang petani di Desa Pinang, Kabupaten Siak, Riau. Ia suatu kali punya kesempatan untuk berbicara dalam KTT PBB Perubahan Iklim di Marrakesh, Maroko, yakni pada 2016 lalu.
Petani Suryono ketika berbicara dalam KTT PBB Perubahan Iklim di Marrakesh, Maroko, pada 2016 lalu.(APP Sinar Mas)
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/12/30/wih-hebat-petani-lulusan-sd-ini-ternyata-berbicara-di-konferensi-pbb-terkait-masalah-iklim?page=all
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Sabtu/30122017/11.53Wita/Bjm