judi36

Ketika Bayi Yesus Dipertontonkan

Oleh: Dr Marudut Tampubolon SH MM MH
Advokat/Pemerhati Hukum dan Sosial Keagamaan
Pernik natal selain pohon jelas (populer pohon natal), tentu saja palungan, boneka bayi dan sangkar domba. Peringatan ulang tahun kelahiran Yesus itu selalu berulang diasesoriskan menjadi bayi yang tidak berdaya dan dilahirkan di sangkar domba.
Padahal, insiden kelahiran hanya sekali, demikian juga maut dan rentang waktu itu dialami Yesus hanya 33 tahun sampai berakhir dengan kenaikan ke Surga yang abadi yang semua insan mendambakannya.
Yesus Kristus yaitu sosok yang maha perkasa, tidak perlu dibela, dikasihani atau bahkan dininabobokan. Justru sebaliknya, umatnya yang seharusnya berharap dijamah dan diberkati olehNya dan syarat untuk itu gampang saja, “hiduplah dalam kebenaran”.
Ada sekitar 25 juta orang di Indonesia merayakan Natal pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya. Perayaan itu lengkap dengan banyak sekali pernik baik yang bersifat ritual maupun aspek sosiokuluralnya.


Aspek ritual contohnya direfleksikan dengan mendatangi gereja untuk program kebaktian. Dilantunkan lagu-lagu Natal yang secara berulang memutar kisah Natal klasik yang dimaknai berdasar waktu dan nuansa kekinian. Disenandungkan secara khidmat, satu lagu Natal terpopuler di Indonesia yaitu “Malam Kudus”. Ini yaitu terjemahan bahasa Indonesia dari Silent Night, sebuah lagu Natal klasik di Eropa dan Amerika Utara pada masa kemudian dan juga terus disenandungkan sampai kini.
Dalam aspek sosiokultural, peringatan Natal dirayakan dengan banyak sekali hidangan dan sajian yang dibentuk dengan penuh makna. Di sebagian besar wilayah Indonesia, kuliner yang dimakan ketika Natal meliputi kombinasi masakan lokal dan hidangan tradisional. Kukis biasanya dinikmati di seluruh Indonesia pada Hari Natal. Hidangan ini memaknai ketaatan terhadap fatwa Kristiani dan refleksi rasa syukur yang tulus.
Kue yang paling terkenal yaitu nastar, kastengel, dan putri salju. Nastar yaitu kuliner ringan cantik mentega yang diisi selai nanas. Kastengel yaitu kuliner ringan cantik Belanda dan Putri salju yaitu kuliner ringan cantik mentega yang diisi gula bubuk dan keju. Kesemuanya melambangkan kesetiaan dan persaudaraan, dihidangkan kepada tetamu yang berkunjung ke rumah yang harus disambut dengan ramah.
Sementara di belahan Nusantara bab Timur, tepatnya di Papua daging panggang merupakan kuliner pokok untuk kuliner Natal. Seringkali disajikan dengan bayam, ubi jalar atau pepaya. Sementara di belahan Nusantara lain, tepatnya di Sumatera Utara, daging sapi atau ayam dinikmati setelah seekor sapi dikorbankan, yang mengandung dimensi ritualitas. Kesemuanya mengandung makna yang sama, refleksi kegembiraan dan kesetiaan serta persaudaraan.
Kini kita hidup sekarang, di sini, mengapresiasi insiden Natal yang selalu berulang di setiap almanak 25 Desember, hari kudus penuh makna. Setiap hari Natal selalu mencerminkan keabadian sebagai media interaksi. Tidak saja dengan sesama umat Kristiani, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Dalam interaksi sosial ini secara komunal semuanya terpengaruh, baik kecil maupun besar dengan datangnya hari kudus tersebut.

Sejarah dan Selamat Natal
Pengaruh positif dalam kehidupan bermasyarakat contohnya tercermin dari liburnya tanggal 25 Desember dengan segala konsekuensinya. Termasuk kontroversi boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat (agama) lain kepada umat Kristiani. Namun hal ini tidak harus dijadikan sebagai duduk kasus mendasar. Kontroversi ini hendaknya diletakkan pada kontekstualitas perbedaan pandangan yang tidak harus dijadikan sebagai sumber renggangnya interaksi sosial.
Pada perspektif kehidupan komunal di alam fana ini, Natal yaitu ketika yang ditunggu. Saat yang paling membahagiakan dan paling menyibukkan pada simpulan tahun itu. Berjuta umat yang percaya kepada Kristus merayakan tanggal 25 Desember sebagai hari raya yang istimewa. Mereka memercayai hari itu yaitu kelahiran Yesus Kristus. Bahkan para pebisnis sering mengambil laba dari pinjaman hadiah pada animo ini untuk mendapat laba tambahan.
Pada hari yang sakral ini, peringatan hari suci seharusnya dilaksanakan dengan penuh kasih tanpa ada hitungan hemat apalagi dikomersialkan. Tindakan ketidaksetujuan, sering disuarakan dalam slogan semisal: Taruhlah Kristus di balik hari Natal. Hal ini didasari pada fatwa Bibel bahwa di dalamnya berdiam wacana perayaan istimewa sebagai menunjukan kelahiran Yesus tersebut.
Refleksi dari kelahiran Yesus ini juga tecermin dalam perayaan penuh makna, yang berawal dari penyembahan berhala. Ajaran itu bukan dari Alkitab. Namun lebih pada praktik pemujaan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Nama Christmas (Natal) itu sendiri misalnya, berasal dari kata Christ (Kristus) dan mass (hari raya besar) yang ditujukan kepada penyembahan gereja Roma Kristen pada masanya.
Tampilan visualnya dalam bentuk pohon Natal yang dikenal kini ini berawal di Scandinavia. Para penyembah berhala di belahan dunia itu menyembah pepohonan sebelum mereka menjadi para domba yang percaya kepada Kristus sang Gembala. Mereka kemudian menghiasinya dengan bermacam-macam macam hiasan warna warni yang disebut Druids, yang memakai hiasan sebagai jimat pengusir roh jahat.
Berikutnya, pembakaran batang kayu Natal yang sudah biasa dilakukan di banyak negara, berasal dari Skandinavia kuno yang memperabukan sepotong batang kayu sekali setahun. Tujuannya yaitu untuk menghormati Thor yang kuasa Guntur. Demikian pula ada tampilan berbeda dari belahan dunia lain, sampai budbahasa beragama memengaruhinya menjadi tradisi dalam perayaan Natal.

Makna Kekinian
Pada aspek kesejarahan, Bibel menawarkan dua kisah wacana kelahiran Yesus. Keduanya ditemukan dalam kitab Matius 1 dan 2 serta Lukas 2. Tidak disebutkan penanggalannya. Juga tidak ada perintah yang diberikan untuk merayakan hari kelahiran Yang Mahakuasa itu. Demikian pula tidak ditemukan pola dalam Perjanjian Baru adanya perayaan kelahiran Kristus.
Malah sebaliknya Perjanjian Baru menekankan pada maut dan kebangkitan Kristus. KematianNya yaitu untuk pengampunan dosa seluruh umat insan yang memercayainya. KematianNya yaitu untuk kemenangan seluruh insan atas kematian. Perjamuan Yang Mahakuasa yaitu untuk “memperingati maut Yang Mahakuasa sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26). Satu-satunya hari di luar dari perayaan istimewa agama dalam Perjanjian Baru yaitu hari Tuhan, hari Minggu, hari pertama dalam ahad itu (Kisah Rasul 20:7; 1 Korintus 16:2; Wahyu 1:10).
Dalam perspektif pemaknaan sosial dari insiden Natal sanggup dipahami bahwa usaha yang dilakukan oleh Yesus beserta penerusnya sampai kini yaitu tetap menggerakkan pada usaha demi peningkatan kualitas hidup dan kehidupan. Baik kehidupan pribadi, orang sekitar maupun masyarakat secara luas. Kaprikornus pemaknaan sosial utamanya yaitu kebersamaan yang harus terus menerus dipupuk demi kebahagiaan hidup diri dan sesama.
Peringatan (ulang tahun) sejatinya dirayakan pada tanggal kelahiran atau sesudahnya, peringatan menyongsong, berulang-ulang, glamour dan bagi-bagi hadiah atas nama kepedulian, menciptakan maknanya kehilangan ruh keteladanan yang wajib dipikul sebagai umat Nasrani.
Hal ini menjadi dasar dari insiden Natal yang kudus dari waktu ke waktu. Terus dilestarikan bagi siapa yang meyakininya, atas dasar dedikasi kepada agama yang diyakini dengan sepenuh jiwa. Selamat menyongsong dan selamat merayakan Natal bagi yang merayakan.
 Peringatan ulang tahun kelahiran Yesus  itu selalu berulang diasesoriskan menjadi bayi ya Selamat Natal : Dr Marudut Tampubolon SH MM MH Advokat/Pemerhati Hukum dan Sosial Keagamaan berkata Yesus Kristus yaitu sosok yang maha perkasa, tidak perlu dibela, dikasihani atau bahkan dininabobokan. Justru sebaliknya, umatnya yang seharusnya berharap dijamah dan diberkati olehNya dan syarat untuk itu gampang saja, “Hiduplah dalam Kebenaran”
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/12/23/ketika-bayi-yesus-dipertontonkan?page=all

Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Sabtu/23122017/10.34Wita/Bjm
judi36
 
Top